Tujuan Pengalengan
a)
Agar makanan awet dalam kondisi edible
b)
Dengan biaya rendah dapat mencegah kebusukan pangan dan mempertahankan nilai gizi serta palabilitasnya.
Tiga Prinsip Pengalengan
a)
Pengalengan harus dapat
mempertahankan cita rasa yang diinginkan dari produk tersebut.
b)
Mikroba pembusuk atau perusak
dan mikroba yang dapat membahayakan kesehatan harus dimatikan dan disterilkan
dari bahan yang dikalengkan.
c)
Panas yang digunakan dalam
proses pengalengan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi
8 LANGKAH PROSES PENGALENGAN
1. Sortasi dan Grading Bahan Baku,
Untuk menghasilkan produk akhir yang
seragam bahan harus disortir menurut
-
mutu
-
ukuran, dan
-
derajat kematangan
2. Persiapan bahan baku
Pencucian merupakan tindakan yang sangat penting dalam
pengalengan sayuran dan buah-buahan, yang berguna untuk membuang kotoran yang
melekat dan mengurangi jumlah mikroba yang terdapat. Metode yang digunakan
untuk pencucian tergantung pada jenis bahan dan tempat tumbuh bahan tersebut.
Misalnya untuk bahan yang tumbuh pada tanah liat dikehendaki pencucian yang
lebih teliti daripada bahan yang pada tanah berpasir.
Pengupasan bertujuan untuk menghilangkan kulit yang
berperan pada pembusukan dan memberikan penampakan yang kurang baik terhadap
produk akhir. Pengupasan harus dilakukan seefisien mungkin dan jangan sampai
bagian yang akan digunakan banyak terbuang.
Pengupasan sayuran dan buah-buahan dapat dilakukan
secara manual ataupun secara mekanis. Selain itu, terdapat pula beberapa cara
yang biasa dilakukan untuk membantu mempermudah pengupasan, misalnya dengan
a. scalding, yaitu pemanasan dengan air
panas mendidih pada beberapa saat untuk membantu pelepasan kulit;
b. steaming, yaitu sama dengan scalding tetapi menggunakan uap air
panas bertekanan;
c. flame peeling, yaitu pemanasan dengan
cara melewatkan bahan baku ke dalam tanur yang dilanjutkan dengan penyemprotan
menggunakan air;
d. Iye peeling, yaitu cara mempermudah pengupasan dengan mencelupkan
bahan baku ke dalam larutan NaOH panas.
Pemotongan, pematahan, pembuangan cabang, kulit dan
bagian yang tidak dapat dimakan harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah
atau mengurangi perubahan warna. Pemotongan-pemotongan tersebut penting
diperhatikan agar membuat ukuran yang seragam. Keseragaman ukuran bukan hanya
penting untuk memperoleh penampakan produk akhir yang baik, tetapi juga penting
agar selama proses pemanasan bahan memperoleh penetrasi panas yang merata.
Pada saat pengupasan dan pemotongan buah-buahan atau
sayuran, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan warna pada bahan
harus diantisipasi, yaitu dengan mengurangi reaksi oksidasi seminimum mungkin.
Umumnya bila penangguhan waktu dalam suatu proses tidak dapat dihindarkan,
buah-buahan yang telah dikupas atau dipotong-potong direndam dalam air atau
larutan lain, tergantung dari jenis bahan mentah. Larutan yang biasa digunakan
sebagai larutan perendam antara lain larutan NaCl, asam askorbat, asam sitrat,
asam asetat dan sari buah jeruk.
Untuk mencegah perubahan warna karena pengaruh besi
atau tembaga hendaknya digunakan peralatan yang terbuat dari alumunium, timah,
granit atau prorselin. Untuk operasi pemotongan atau pengirisan sebaiknya
digunakan pisau stainless steel.
3.
Blanzir
Blanzir adalah suatu perlakuan pemberian panas pada sayuran
atau buah-buahan, dengan cara pencelupan bahan ke dalam air panas atau
pemanasan dengan menggunakan uap panas. Proses ini biasanya diikuti dengan
pencelupan ke dalam air dingin atau penyemprotan dengan air dingin, untuk
mencegah terjadinya pelunakan tekstur bahan.
Blanzir mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. Menyusutkan
volume bahan,
b. Memudahkan
pengepakan ke dalam wadah pengalengan,
c. Mengurangi
gas (oksigen) dari jaringan,
d. Membersihkan
bahan, dan
e. Mengurangi
kontaminasi awal mikroba.
Pada kacang polong dan kacang-kacangan lainnya,
blanzir juga bertujuan untuk:
a. Membuang
bahan berlendir dari permukaan produk,
b. Menginaktifkan
enzim,
c. Memperbaiki
cita rasa dan warna, dan
d. Merupakan
proses pembersihan terakhir sebelum bahan dikalengkan.
Setelah blanzir
dilakukan, bahan didinginkan dengan cara mencelupkannya ke dalam air dingin
atau penyemprotan dengan air dingin. Pelaksanaan proses pendinginan ini
hendaknya dilakukan segera sehingga proses pemasakan bahan dapat dihindarkan.
4.
Pengisian
Pengisian hendaknya dilakukan secara teratur dan
seragam. Produk diisikan sampai permukaan yang diinginkan dalam wadah dengan
memperhatikan adanya head space,
kemudian medium pengalengan diisikan menyusul. Head space adalah ruang kosong antara permukaan produk dengan
tutup. Fungsinya adalah sebagai ruang cadangan untuk pengembangan produk selama
disterilisasi, agar tidak menekan wadah karena akan menyebabkan gelas menjadi
pecah atau kaleng menjadi gembung. Umumnya untuk produk cair dalam kaleng,
tingginya head space 0,25 inci dari
permukaan atas atau 0.5 inci bila menggunakan gelas jar.
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lain yang
ditambahkan ke dalam produk waktu proses pengisian. Jenis-jenis medium yang
biasa digunakan adalah larutan garam, sirup, kaldu dan minyak. Larutan garam
digunakan untuk bahan pangan yang tidak asam; sirup digunakan untuk
buah-buahan, kaldu untuk daging, dan minyak digunakan untuk ikan dan hasil
perikanan lainnya. Medium pengalengan tersebut dapat memberikan cita rasa pada
produk kalengan dan berfungsi untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara
meningkatkan proses perambatan panas, serta dapat mengurangi korosi kaleng
dengan cara menghilangkan udara.
5.
Exhausting
Kaleng atau gelas jar yang sudah diisi tersebut di exhaust dengan meletakkan kaleng atau
gelas jar dalam keadaan terbuka dalam suatu penangas air panas atau panci
mendidih sampai bagian tengah wadah bersuhu minimum 700C, atau
dengan cara melewatkan w adah tersebut ke dalam suatu terowongan (tunnel exhaust), di mana digunakan uap
air panas sebagai medium pemanasan. Tahap exhausting
tidak perlu dilakukan jika sirup yang diisikan dalam keadaan panas (mendidih di
atas api, kemudian dituangkan ke dalam kaleng). Exhausting ini bertujuan untuk menghilangkan oksigen pada larutan
sehingga didapatkan suasana anaerob dalam kaleng apabila disimpan lama.
6.
Penutupan
Kaleng
Setelah kaleng
di-exhaust harus segera ditutup secara hermetis. Suatu
penutupan yang baik diperlukan untuk mencegah terjadinya pembusukan. Bila
digunakan kaleng sebagai wadah maka
penutupan yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran dari suatu kaleng yang
dapat menimbulkan pengkaratan pada kaleng yang lainnya. Penutupan wadah kaleng
sering disebut dengan istilah double
seaming. Sedangkan apabila wadah yang digunakan adalah gelas jar maka wadah
tidak begitu kuat (hermetis) sampai setelah operasi sterilisasi selesai;
sebelumnya hanya ditutup secara lemah, yaitu dengan cara memutar tutupnya ke
bawah secara perlahan. Setelah operasi sterilisasi selesai, penutupan dikuatkan
dengan memutar tutup kuat-kuat agar terbentuk suatu penutupan yang hermetis.
7.
Sterilisasi
Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan autoclave atau retort pada suhu 1000C
untuk buah-buahan selama 15 menit atau dengan cara merebusnya selama 30 menit
(dalam keadaan mendidih). Suhu dan waktu pemanasan tergantung pada pH dari
bahan pangan yang dikalengkan dan zat penyusun bahan pangan yang mempengaruhi
terhadap resistensi spora terhadap panas. Semakin rendah nilai pH semakin
relatif rendah suhu atau semakin singkat waktu sterilisasi.
Waktu pemanasan yang lebih lama diperlukan untuk
mematikan spora kalau konsentrasi gula dalam larutan bertambah. Pemanasan
khamir dan kapang dalam konsentrasi gula yang bertambah akan menaikkan
toleransinya terhadap panas. Perbedaan konsentrasi gula yang kecil tidak nampak
memberikan efek protektif ini terhadap spora. Beberapa peneliti menduga bahwa
larutan gula menaikkan resistensi spora dengan terjadinya dehidrasi parsial
protoplasma sel, melindungi protein dari koagulasi.
Garam natrium Chlorida dalam larutan (sampai 4%) dapat
melindungi spora yang resisten terhadap pemanasan, tetapi kadar yang lebih
tinggi (8% atau lebih) menurunkan resistensi spora terhadap pemanasan. Tetapi
perlu diketahui bahwa garam adalah efektif dalam penghambatan pertumbuhan
organisme pembusuk. Kenaikan kadar garam sari buah tomat akan sedikit
menurunkan resistensi organisme pengasam terhadap pemanasan.
8.
Pendinginan
Kaleng dan gelas jar
yang sudah disterilisasi, harus segera didinginkan untuk mencegah germinasinya
bakteri termofilik. Pendinginan dilakukan di dalam air mengalir sampai
kira-kira mencapai 1000F untuk bahan pangan yang dikemas dalam
kaleng. Sedangkan untuk bahan pangan yang menggunakan gelas jar harus disimpan
dingin di udara untuk menghindari pecahnya gelas jar yang diakibatkan oleh tingginya perbedaan suhu yang tinggi.